Dengung Setahun Pandemi COVID-19 di Dunia Maya
 Bagikan   |  

-

Genap setahun sudah pandemi COVID-19 masuk Indonesia sejak diumumkan pada Maret 2020. Indonesia Indicator meriset pemberitaan media dan perbincangan masyarakat soal COVID-19 sejak 1 Maret 2020 hingga 1 Maret 2021. Dalam riset ini, ditemukan berbagai isu yang menjadi perhatian publik, juga merangkum figur-figur yang menjadi rujukan media.

Ada Apa Dengan 4 April 2020?

Tak lama setelah Indonesia kebobolan COVID-19, pemberitaan mengenai virus yang muncul pertama kali di Wuhan, China, ini mendapat atensi luar biasa dari media nasional. Sejak 3 Maret 2020, I2 mencatat pergerakan ekpos pemberitaan seputar COVID-19 yang cukup tinggi sebanyak 67.00012 berita. Puncak ekspos berita terjadi pada 4 April 2020 sebanyak 96.6623 berita. Di hari tersebut, berbagai update soal peningkatan jumlah kasus di Indonesia, penerapan PSBB, yang juga diiringi dengan imbauan untuk shalat tarawih di rumah serta larangan untuk mudik lebaran dari Pemerintah. Hal inilah yang menjadi perhatian publik, karena masyarakat dihadapkan pada pelaksanaan ibadah dan tradisi sosial yang berbeda dari yang senantiasa dilakukan selama ini.

Setelah itu, terjadi penurunan ekspose berita, terpantau sejak 5 Mei 2020 sebanyak 75.6450, dan terus turun hingga 8 Agustus 2020 sebanyak 38.9476 berita. Namun, pergerakan ekspos kembali naik pada 9 September 2020 sebanyak 74.7656.

Naiknya ekspos pemberitaan dipicu adanya pelanggaran protokol kesehataan saat rangkaian kampanye Pilkada Serentak 2020. Selanjutnya, ekspos berita terus menurun hingga 1 Januari 2021 sebanyak 42.8369 berita, didominasi oleh isu tentang vaksinasi COVID-19 tahap I dan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro.

Sorotan Terhadap COVID-19 dan Presiden Jokowi

Dalam setahun COVID-19 di Indonesia, terdapat setidaknya 19 isu besar yang diberitakan media online. Sorotan terbesar media adalah soal penanganan COVID-19 sebanyak 313.6571 berita. Selanjutnya, update kasus COVID-19 sebanyak 104.2852 berita, pelaksanaan vaksinasi sebanyak 66.185 berita, PSBB dan darurat sipil 61.541 berita, larangan mobilitas warga 56.225 berita.

Kemudian, isu tentang Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) 44.775 berita, polemik pelanggaran prokes Muhammad Rizieq Shihab (MRS) 43.422 berita, hoaks terkait COVID-19 sebanyak 39.055 berita, Pilkada 2020 sebanyak 30.154 berita, penggunaan istilah new normal 30.088 berita.

Selanjutnya, ramainya klaim berbagai pihak tentang obat COVID-19 diberitakan sebanyak 25.198 berita, UU Cipta Kerja 24.079 berita, uji klinis vaksin COVID-19 sebanyak 21.625 berita, vaksin gratis 12.305 berita, implementasi PPKM 86.73 berita.

Di samping ada UU Cipta Kerja, juga terdapat pembahasan UU lainnya yang dikaitkan dengan masa pandemi, seperti polemik RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) 5.568 berita, dan wacana revisi UU ITE sebanyak 2.743 berita. Kemudian, sorotan atas kerumunan Presiden Jokowi di Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT) 625 berita, dan Otsus Papua 584 berita.

Indonesia Indicator juga mendata 10 figur influencer yang pernyataannya menjadi antensi dan magnet media, dan Presiden Joko Widodo menjadi figur yang paling vokal di media, yakni sebanyak 407.159 pernyataan. Jokowi juga menjadi figur terpopuler dan diberitakan sebanyak 481.679 berita.

Media kerap menanti kebijakan dan program dari pemerintahan Presiden Jokowi dalam menangani COVID-19, seperti dalam isu lockdown-PSBB, pemulihan ekonomi, hingga program vaksinasi nasional.

Nama lain yang pernyataannya banyak menjadi rujukan media adalah Jubir Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito 164.810 pernyataan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 148.685 pernyataan, Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo 113.025 pernyataan, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto 99.535 pernyataan, Gubernur Jabar Ridwan Kamil 94.950 pernyataan, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo 83.517 pernyataan, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa 76.337 pernyataan, Mantan Jubir Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto 75.657 pernyataan, dan Menkes Budi Gunadi Sadikin 71.332 pernyataan.

Sementara figur yang masuk dalam kategori top person setelah Presiden Jokowi adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebanyak 106.497 berita, mantan Jubir Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto 101.399 berita, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 65.340 berita, Ketua Satgas COVID-19, Kepala BNPB Doni Monardo 61.316 berita, mantan Kapolri Idham Azis 48.028 berita, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa 46.512 berita, Jubir Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito 42.870 berita, mantan Menkes Terawan Agus Putranto 39.828 berita, dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo sebanyak 39.763 berita.

Setahun COVID-19 di Media Sosial

Tak hanya media online, perbincangan selama satu tahun COVID-19 di media sosial cukup tinggi. Tren topik pembicaraan seputar COVID-19 di media sosial mengarah pada isu yang lebih bersifat politis. Namun, perhatian terhadap COVID-19 relatif tetap tinggi di berbagai platform media sosial. Data I2 mengungkap, perbincangan COVID-19 pada Maret 2020 terpusat pada isu kasus pertama COVID-19, kampanye #dirumahaja, kelangkaan masker dan alat pelindung diri (APD), sekitar 800.000 perbicangan di media sosial. Memasuki periode April hingga Juli 2020, perbincangan netizen bergeser pada seputar PSBB, RS Darurat, telegram Kapolri, nakes mulai berguguran, #IndonesiaTerserah, larangan mudik, “damai dengan corona”, “Konspirasi Covid”, dan uji klinis vaksin COVID tahap III. Namun, angkanya menurun, sekitar atau hampir 12.000 pebincangan.

Setelah itu, terjadi penurunan perhatian netizen terhadap COVID-19 hingga Februari 2021. Perbincangan netizen beralih pada isu kasus kerumunan Rizieq Shihab, uji izin penggunaan darurat yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terhadap vaksin, hingga PPKM yang dinilai gagal, juga sorotan atas kerumunan Jokowi di NTT, rata-rata jumlahnya di bawah 3000 perbincangan.

Kematian Nakes Paling Disorot

Selama 2020–2021, netizen banyak menyorot sejumlah isu yang berkembang di ruang publik. Isu kematian nakes mendapat sorotan dan kritikan yang luas dari netizen. Selain itu, terus bertambahnya kasus COVID-19, pelaksanaan tes swab, dan penegakan prokes adalah isu yang selalu dibahas tiap bulannya.

Namun, kritikan atas kematian nakes juga polemik pembatasan wilayah tidak lagi banyak dibicarakan di tahun 2021.

Di media sosial, netizen umumnya merespons positif terhadap isu COVID-19 selama 2020-2021. Hal ini tercermin dalam persepsi mereka terhadap isu COVID-19. Bila dipersentasekan, sentimen atau persepsi positif sebanyak 43%, didukung oleh optimisme pelaksanaan vaksinasi, kampanye penerapan prokes, dan dukungan kepada nakes. Sedangkan sentimen netral 30% dan negatif 27%, dipicu oleh korupsi di saat COVID-19 dan keresahan sebagai pasien COVID di rumah sakit.

Dari sisi emosi netizen selama setahun COVID-19, I2 mendapati mayoritas menunjukkan antisipasi (anticipation) sebanyak 23.733.433 perbincangan. Emosi antisipasi tinggi karena sikap antisipatif netizen terhadap penularan COVID, keamanan vaksin, dan kampanye penerapan prokes.

Lalu, marah (anger) sebanyak 6.835.385 perbincangan, yang muncul terutama pada masalah pelaksanaan belajar mengajar di tengah pandemi dan sindiran terhadap pelanggaran prokes yang masih kerap terjadi di masyarakat.

Emosi percaya (trust) terpantau mencapai 5.062.723 perbincangan. Emosi ini sempat mengalami peningkatan setelah upaya penyebaran distribusi alat kesehatan, pelaksanaan vaksin, dan harapan terhadap menteri kabinet baru.

RISET Konten dalam bentuk tulisan yang berisi deskripsi hasil analisis dan riset yang dilakukan Tim PT Indonesia Indikator dengan menggunakan sistem-sistem yang dimiliki oleh PT Indonesia Indikator.