Culture Shock Miliarder Tuban
Fenomena warga mendadak jadi miliarder di Desa Sumurgeneng Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban menyorot perhatian netizen. Fenomena ini terjadi ketika para warga menjual tanahnya ke kilang minyak Pertamina Grass Root Refinery (GRR). Berhasil memperoleh uang miliaran rupiah, warga kemudian membeli mobil dan membangun rumah. Nahas, nasib mereka berbalik ketika uang telah habis. Ratusan warga yang menyesal telah menjual tanahnya berunjuk rasa menuntut pekerjaan dari pihak Pertamina.
Pakar Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Hempri Suyatna menilai fenomena kampung miliarder menunjukkan culture shock atau gegar budaya. “Masyarakat tidak siap menghadapi proses perubahan yang terjadi dan sayangnya tidak ada pendampingan dari pemerintah atau perusahaan di dalam mengelola uang ganti rugi tersebut,” kata dia.
Sementara itu, Financial Planner Finansialku.com, Rista Zwestika Reni, menilai banyak uang akan percuma jika tidak dikelola dengan baik. "Buat masyarakat kita, bahwa sebesar apapun uang yang kita punya, sebesar apapun harta yang kita punya, kalau tidak dilakukan pengelolaan keuangan dengan tepat, makanya semua akan sia-sia akan habis begitu aja," kata dia.
Isu warga kampung miliarder yang menjadi miskin ini menarik perhatian netizen. Setidaknya, berdasarkan data agregat media sosial, percakapan mengenai fenomena warga kampung miliarder Tuban mencapai 980 unggahan sepanjang periode 24-28 Januari 2022.
Hal tersebut terungkap dalam riset yang dilakukan oleh Indonesia Indicator. Riset tersebut juga menyebutkan platform media sosial Facebook paling banyak digunakan netizen dalam mengunggah konten perbincangan dengan merujuk pada kata kampung miliarder. Sedikitnya terdapat 504 unggahan (51%) terkait kampung miliarder di Facebook, disusul dengan Twitter (40%), Instagram (6%), Youtube (2%) dan TikTok (1%). Percakapan mengenai kampung miliarder ini didominasi oleh pria (87%) dengan rentang usia 22-30 tahun (31%) dan 31-40 tahun (26%).
Perbincangan di media sosial banyak menggunakan tagar #KampungMiliarder, #Tuban, #KilangMinyak, #Pertamina dan lain-lain. Terpantau aktivitas unggahan netizen dalam memperbincangkan kampung miliarder didominasi oleh unggahan berbentuk video, retweet, tweet, dan link berita. Unggahan video banyak muncul di platform Facebook.
Dari semua perbincangan itu, netizen banyak yang mengaku sedih melihat fenomena di Tuban. Persepsi publik terhadap fenomena kampung miliarder didominasi oleh emosi sadness (sedih) sebesar 66%. Netizen sedih dengan kondisi warga kampung miliarder yang saat ini jatuh miskin meski sebelumnya pernah menjadi miliarder. Pada bagian lain menyayangkan minimnya literasi keuangan. Emosi surprise atau terkejut juga banyak muncul dari percakapan netizen yang merasa heran dengan kondisi warga kampung miliarder yang sempat kaya mendadak, namun kini kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.